Kamis, 21 November 2013

23.42 - No comments

OFF ROAD VOLCANO MERAPI

Ke Merapi? Naik jeep? Ini pengalaman pertama saya. Merasakan sensasi tour ke Merapi naik jeep. Woow,  dahsyat. Dari Wisma Aji tempat kami menginap, kami diantar bus pariwisata menuju arah Merapi. Di lereng Merapi kami berhenti dan rombongan kami akan melanjutkan pendakian dengan jeep terbuka. Satu jeep bisa memuat empat sampai lima orang. Kami berlima dalam jeep. Semuanya perempuan. Sopirnya laki-laki. Tapi di jeep yang lain, ada yang sopirnya perempuan. Kagum juga pada keberaniannya.
Memulai perjalanan dengan jeep terbuka melewati tikungan terjal berbatu dan berbukit-bukit. Sesekali kami berteriak ketakutan, tetapi kadang juga kami berteriak kegirangan melihat pemandangan yang indah. Rasa was-was tetap saja ada dalam hati sebab kondisi jalan yang mengerikan. Ada bukit, menanjak lalu menurun sambil menikung. Fantastis. Tapi lama-lama terbiasa. Sopirnya pun kelihatan sangat lincah menguasai medan. Dari obrolan kami, ternyata dia memang warga lereng Merapi yang terkena semburan lahar panas saat bencana Merapi terjadi.  Desanya hangus. Dia selamat karena cepat mengungsi. Begitu menurutnya.
Dalam perjalanan kami singgah di beberapa tempat. Pertama, di museum Sisa Hartaku. Di tempat ini, kami semua terharu bahkan meneteskan air mata menyaksikan sisa-sisa harta benda yang berhasil dikumpulkan oleh warga. Puing-puing berupa tulang ternak, sisa peralatan dapur, beberapa uang logam, juga bangkai motor.Betapa membuat hati teriris, mengenaskan.
Selang sejam kami meninggalkan tempat ini menuju ke tempat yang lebih tinggi yakni beberapa meter dari bekas rumah Mbah Marijan, Sang juru kunci Merapi yang telah tiada. Di tempat ini jeep diparkir. Kembali kami termangu menatap sisa pepohonan yang belum sempat dihijaukan kembali. Tak ketinggalan kami mencoba masuk ke bunker yang ada di sekitar Merapi. Bunker yang menjadi tempat perlindungan warga bila terjadi semburan lahar panas Merapi. Tapi kemudian kami mendapat informasi bahwa pada bencana yang terjadi terakhir kali ada korban yang ditemukan di dalam bunker. Tak terbayang betapa panasnya. Yah, tapi itulah kuasa Tuhan. Berjalan-jalan mengelilingi tempat ini, kami melihat Edeiweis kering dijual di pondokan. Kami mencoba mencari tanaman bunga ini. Dapat juga. Melihat ada kamar mandi di sana, kami iseng sekadar ingin merasakan kamar mandi kejujuran itu. Setelah masuk airnya sangat sejuk. Segera saja saya membasuh muka. Segarrrrrrr. Rombongan kami bersiap meninggalkan tempat itu sambil menyisakan keharuan di hati masing-masing. Dalam perjalanan pulang, jalanan yang kami lalui tidak lagi sedahsyat jalanan sebelumnya. Kali ini kami melewati jalan beraspal bekas jalanan desa yang kini tak lagi berpenghuni.

0 komentar:

Posting Komentar