Selasa, 26 November 2013

01.01 - No comments

Kampoeng Dolanan Nusantara


Kampoeng Dolanan Nusantara
Menikmati makan siang di Kampung Dolanan Nusantara sungguh mengasyikkan. Menunya berbeda dengan restoran atau bahkan menu warung kaki lima sekalipun. Mau tahu? Ini dia.
Nasi yang terhidang di dalam bakul anyaman bambu yang dialas daun pisang terdiri atas tiga jenis: nasi beras merah, nasi beras putih, dan nasi jagung. Ketiganya ditata di atas meja bambu. Di sampingnya ada tiga macam sayur: lodeh, sup, tumisan sawi ( lebih mirip cap cay). Sayuran ini dihidangkan dalam panci yang terbuat dari tanah. Beralih ke meja bambu berikutnya ada urap, sambal, dan ikan asin goreng. Ikannya kecil berbalut tepung. Seterusnya tentu saja ada tahu, tempe, dan kerupuk. Semuanya tersaji dalam wadah anyaman bambu kecuali kerupuk.
Wadah makannya juga berbeda. Terbuat dari anyaman bambu berbentuk kerucut lalu dialas daun pisang. Pada bagian bawah ada lingkaran juga dari bambu agar wadah itu bisa didudukkan. Wadah makan lainnya berupa piring kaleng tempo dulu begitu pula dengan wadah minum. Semuanya berasal dari masa lalu.
Di Kampung Dolanan ini saya menikmati minuman yang berasal dari air nira segar. Rasanya manis menyegarkan. Sssssssssssssttttt. Saya menuangnya ke botol minum saya. Nama minumannya kalau tidak salah Legen. Dihidangkan dalam kendi.
Beranjak ke sisi lain, pencuci mulut. Di sana ada rak bambu. Beberapa pilihan makanan penutup terhidang. Semuanya masih menggunakan wadah dari anyaman bambu. Ada singkong rebus manis. Rasanya yummi, istimewa. Ada juga kacang rebus, juga penganan daerah yang terbungkus daun lontar (lupa menanyakan namanya). Rasanya enak juga. Manis karena ada campuran gula jawa.  Pada rak bagian bawah tersedia potongan buah-buahan. Berikutnya juga ada aneka kerupuk sebagai cemilan. Saya mencoba kerupuk singkong. Rasanya gurih, renyah, dannnnnnn bungkuuuuusssssssss. Eiiiittt jangan salah. Bungkusnya tidak banyak- banyak. Sepuluh keping. Kan sudah dibayar semua. Ini tentang makan siang di Kampung Dolanan Nusantara.

Selain tentang makan siang yang berbeda, pemandangan yang ada juga berbeda. Di tempat ini kita akan menemui sejumlah permainan tradisional yang dulu pernah ada di kampung-kampung kita. Ada jungkat-jungkit terbuat dari bambu. Ada ayunan. Ada sepeda Ontel, Engrang, dan banyak lagi. Semuanya permainan tradisional.  Pengunjung boleh mencobanya. Ada juga balai bambu beralas tikar pandan. Pondokan-pondokan kecil ada di sekitarnya juga terbuat dari bambu dari beratap ijuk.
Di kawasan itu terdapat satu bangunan bambu sebagai tempat menjual cendera mata. Apa saja yang ada di dalamnya? Woooooooooooooow. Semuanya permainan tradisional. Ada bedil-bedilan, aneka gasing, congklang, ketepel, seruling, aneka layangan, aneka mobilan dari kayu, dan lain-lain, dan lain-lain. Banyak ragam permainan tradisional dari nusantara. Semuanya mengingatkan kita pada kekayaan budaya masa lalu. Sungguh senang menikmati pemandangan bernuansa khas nusantara di masa lalu. Tapi saya menikmati sesuatu yang bercita modern di sudut hamalan belakang. Toilet. Ya, toiletnya bernuansa modern?  Menurut saya ini melawan konsep. Tapi entahlah, mungkin belum ditemukan konsep toilet bernuansa tradisional.
Ini catatan saya saat berkunjung ke Kampung Dolanan Nusantara. Sebuah Wahana Permaianan Tradisional, menyuguhkan pemandangan yang berbeda. Kampung ini terletak di Jawa Tengah. Kami singgah makan siang lalu melanjutkan perjalanan ke Borobudur.


0 komentar:

Posting Komentar