01.18 -
No comments
NEGOSIASI
Negosiasi adalah bentuk pengambilan keputusan di mana dua
pihak atau lebih berbicara satu sama lain dalam upaya untuk menyelesaikan
kepentingan perdebatan mereka (Pruit, dalam Lewicki: 3). Negosiasi adalah salah salah satu dari
beberapa mekanisme yang dapat digunakan orang untuk menyelesaikan konflik.
Beberapa kakteristik umum terlihat dalam negosiasi antara lain:
1.
Terdapat dua atau lebih pihak, baik individu,
kelompokk, maupun organisasi.
2.
Terdapat konflik kebutuhan dan keinginan antara
dua pihak atau lebih, yaitu bahwa apa yang diinginkan tidak selalu menjadi keinginan pihak lain dan para pihak harus
mencari cara untuk menyelesaikan konflik.
3.
Para pihak bernegosiasi dengan pilihan. Artinya, mereka bernegosiasi karena mereka
berpikir dapat mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dengan melakukan
negosiasi daripada sekadar menerima secara sukarela.
4.
Ketika bernegosiasi kita mengharapkan proses “memberi
dan menerima”. Berharap dalam sebuah
negosiasi setiap pihak dapat mengubah pernyataan awalnya, permintaan atau
tuntutan. Gerakan ini mungkin menuju ke posisi “tengah” yang disebut kompromi.
5.
Para pihak lebih suka bernegosiasi dan mencari
kesepakatan daripada melawan secara terbuka. Negosiasi terjadi ketika
pihak-pihak lebih memilih untuk menciptakan solusi mereka sendiri demi
menyelesaikan konflik.
6.
Negosiasi yang berhasil melibatkan faktor kasat
mata dan tak kasat mata. Faktor kasat mata
seperti harga atau ketentuan perjanjian. Faktor tak kasat mata adalah dasar
motivasi psikologis yang mungkin mempengaruhi pihak-pihak selama negosiasi, baik secara
langsung ataupun tidak langsung. Faktor tak kasat mata sering berakar pada
nilai-nilai pribadi dan emosi. Faktor ini mempunyai pengaruh besar dalam proses
negosiasi dan hasil; hampir tidak mungkin untuk mengabaikannya.
Salah satu karakteristik kunci dari situasi negosiasi adalah
bahwa pihak-pihak saling membutuhkan untuk mencapai tujuan atau hasil yang
mereka inginkan. Artinya pihak-pihak ini saling bergantung. Dalam situasi
saling bergantung, pihak-pihak memerlukan penyesuaian timbal balik. Dalam hal
ini, pihak-pihak akan merasakan dilema. Dilema pertama adalah kejujuran; berapa
banyak kebenaran yang dapat disampaikan kepada pihak lain. dilema kedua adalah
dilema kepercayaan; berapa banyak seharusnya seorang negosiator percaya kepada
pihak lain. Jika terlalu banyak mempercayai pihak lain, maka ia dapat mengambil
keuntungan dari Anda, sebaliknya juka terlalu sedikit mempercayai, hal itu akan
menyulitkan Anda dalam mengambil keputusan.
Dalam negosiasi, terkadang konflik tidak bisa dihindari.
Beberapa strategi dalam manajemen konflik dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.
Contending (bersaing atau mendominasi);
pihak-pihak melakukan strategi bersaing. Ancaman, hukuman, intimidasi dan
tindakan sepihak, konsisiten dengan pendekatan ini.
2.
Yielding (mengakomodasi atau menurut); strateginya
adalah membiarkan pihak lain menang. Tentu sja setelah pihak lain menang, masih
tersisa bagian dari pihak lainnya.
3.
Inaction (menghindar); pihak-pihak ini pasif dan
cenderung mundur.
4.
Problem solving (mengolaborasi atau
mengintegrasi); para pelaku mengejar strategi penyelasaian masalah hingga
mendapatkan kemenangan atau disebut win-win solution.
Etika bernegosiasi
Etika secara luas digunakan dalam standar sosial untuk
menentukan apa yang benar dan salah dalam situasi tertentu. Beberapa pendekatan dalam etika bernegosiasi:
1.
Pilih serangkaian tindakan berdasarkan hasil
yang ingin dicapai
2.
Pilih serangkaian tindakan berdasarkan tugas
untuk mempertahankan aturan dan prinsip yang benar
3.
Pilih serangkaian tindakan berdasarkan norma,
nilai atau strategi organisasi.
4.
Pilih serangkaian tindakan berdasarkan
keyakinan.
Setiap pendekatan menggambarkan pemberian dasar etika yang
berbeda. Pendekatan pertama disebut end-result
ethics. Dalam etika ini, kebenaran suatu tindakan ditentukan oleh penilaian
pro dan kontra dari akibatnya.
Pendekatan kedua disebut duty
ethics di mana kebenaran suatu tindakan ditentukan oleh kewajiban seseorang
untuk menaati konsistensi prinsip, hukum, dan standar sosial
yang mendefinisikan apa yang benar dan apa yang salah. Pendekatan ketiga
mewakili bentuk social contrac ethics, di mana kebenaran suatu tindakan didasarkan
pada kebiasaan dan norma masyarakat tertentu. Pendekatan terakhir disebut personalistic
etics, kebrenaran suatu tindakan didasarkan pada suara hati dan standar moral seseorang.
Implementasi dari pendekatan dan standar etik itu adalah:
1.
Jika Anda percaya end-result ethics, maka Anda akan melakukan apapun yang
diperlukan untuk mendapatkan hasil
terbaik.
2.
Jika Anda percaya pada duty ethics, Anda mungkin memiliki kewajiban untuk tidak
berhubungan dengan kelicikan, dan menolak menggunakan taktik yang kotor.
3.
Jika Anda percaya pada social contract ethics, Anda akan mendasari pilihan perilaku Anda
pada pandangan mengenai norma yang
sesuai di masyarakat, jika yang lain akan bohong, Anda pun akan melakukannya.
4.
Jika Anda percaya pada personalistic etics, Anda akan mengikuti kata hati Anda.
0 komentar:
Posting Komentar