Selasa, 01 Juli 2014

01.18 - No comments


NEGOSIASI
Negosiasi adalah bentuk pengambilan keputusan di mana dua pihak atau lebih berbicara satu sama lain dalam upaya untuk menyelesaikan kepentingan perdebatan mereka (Pruit, dalam Lewicki: 3).  Negosiasi adalah salah salah satu dari beberapa mekanisme yang dapat digunakan orang untuk menyelesaikan konflik. Beberapa kakteristik umum terlihat dalam negosiasi antara lain:
1.       Terdapat dua atau lebih pihak, baik individu, kelompokk, maupun organisasi.
2.       Terdapat konflik kebutuhan dan keinginan antara dua pihak atau lebih, yaitu bahwa apa yang diinginkan tidak selalu menjadi  keinginan pihak lain dan para pihak harus mencari cara untuk menyelesaikan konflik.
3.       Para pihak bernegosiasi dengan pilihan.  Artinya, mereka bernegosiasi karena mereka berpikir dapat mendapatkan kesepakatan yang lebih baik dengan melakukan negosiasi daripada sekadar menerima secara sukarela.
4.       Ketika bernegosiasi kita mengharapkan proses “memberi dan menerima”.  Berharap dalam sebuah negosiasi setiap pihak dapat mengubah pernyataan awalnya, permintaan atau tuntutan. Gerakan ini mungkin menuju ke posisi “tengah” yang disebut kompromi.
5.       Para pihak lebih suka bernegosiasi dan mencari kesepakatan daripada melawan secara terbuka. Negosiasi terjadi ketika pihak-pihak lebih memilih untuk menciptakan solusi mereka sendiri demi menyelesaikan konflik.
6.       Negosiasi yang berhasil melibatkan faktor kasat mata dan tak kasat mata.  Faktor kasat mata seperti harga atau ketentuan perjanjian. Faktor tak kasat mata adalah dasar motivasi psikologis yang mungkin mempengaruhi  pihak-pihak selama negosiasi, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Faktor tak kasat mata sering berakar pada nilai-nilai pribadi dan emosi. Faktor ini mempunyai pengaruh besar dalam proses negosiasi dan hasil; hampir tidak mungkin untuk mengabaikannya.

Salah satu karakteristik kunci dari situasi negosiasi adalah bahwa pihak-pihak saling membutuhkan untuk mencapai tujuan atau hasil yang mereka inginkan. Artinya pihak-pihak ini saling bergantung. Dalam situasi saling bergantung, pihak-pihak memerlukan penyesuaian timbal balik. Dalam hal ini, pihak-pihak akan merasakan dilema. Dilema pertama adalah kejujuran; berapa banyak kebenaran yang dapat disampaikan kepada pihak lain. dilema kedua adalah dilema kepercayaan; berapa banyak seharusnya seorang negosiator percaya kepada pihak lain. Jika terlalu banyak mempercayai pihak lain, maka ia dapat mengambil keuntungan dari Anda, sebaliknya juka terlalu sedikit mempercayai, hal itu akan menyulitkan Anda dalam mengambil keputusan.
Dalam negosiasi, terkadang konflik tidak bisa dihindari. Beberapa strategi dalam manajemen konflik dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1.       Contending (bersaing atau mendominasi); pihak-pihak melakukan strategi bersaing. Ancaman, hukuman, intimidasi dan tindakan sepihak, konsisiten dengan pendekatan ini.
2.       Yielding (mengakomodasi atau menurut); strateginya adalah membiarkan pihak lain menang. Tentu sja setelah pihak lain menang, masih tersisa bagian dari pihak lainnya.
3.       Inaction (menghindar); pihak-pihak ini pasif dan cenderung mundur.
4.       Problem solving (mengolaborasi atau mengintegrasi); para pelaku mengejar strategi penyelasaian masalah hingga mendapatkan kemenangan atau disebut win-win solution.

Etika bernegosiasi
Etika secara luas digunakan dalam standar sosial untuk menentukan apa yang benar dan salah dalam situasi tertentu.  Beberapa pendekatan dalam etika bernegosiasi:
1.       Pilih serangkaian tindakan berdasarkan hasil yang ingin dicapai
2.       Pilih serangkaian tindakan berdasarkan tugas untuk mempertahankan aturan dan prinsip yang benar
3.       Pilih serangkaian tindakan berdasarkan norma, nilai atau strategi organisasi.
4.       Pilih serangkaian tindakan berdasarkan keyakinan.
Setiap pendekatan menggambarkan pemberian dasar etika yang berbeda. Pendekatan pertama disebut end-result ethics. Dalam etika ini, kebenaran suatu tindakan ditentukan oleh penilaian pro dan kontra dari akibatnya.  Pendekatan kedua disebut duty ethics di mana kebenaran suatu tindakan ditentukan oleh kewajiban seseorang untuk  menaati  konsistensi prinsip, hukum, dan standar sosial yang mendefinisikan apa yang benar dan apa yang salah. Pendekatan ketiga mewakili  bentuk social contrac ethics, di mana kebenaran suatu tindakan didasarkan pada kebiasaan dan norma masyarakat tertentu. Pendekatan terakhir disebut  personalistic etics, kebrenaran suatu tindakan didasarkan pada suara hati  dan standar moral seseorang.
Implementasi dari pendekatan dan standar etik itu adalah:
1.       Jika Anda percaya end-result ethics, maka Anda akan melakukan apapun yang diperlukan  untuk mendapatkan hasil terbaik.
2.       Jika Anda percaya pada duty ethics, Anda mungkin memiliki kewajiban untuk tidak berhubungan dengan kelicikan, dan menolak menggunakan taktik yang kotor.
3.       Jika Anda percaya pada social contract ethics, Anda akan mendasari pilihan perilaku Anda pada pandangan  mengenai norma yang sesuai di masyarakat, jika yang lain akan bohong, Anda pun akan melakukannya.
4.       Jika Anda percaya pada personalistic etics, Anda akan mengikuti kata hati Anda.




0 komentar:

Posting Komentar